Insting?
Friday, July 5, 2013 / (0)
---Sudut pandang orang pertama---
“BAM!” Aku terbangun oleh suara hantaman pintu yang keras, yang selanjutnya diikuti oleh suara derap langkah kaki yg sedang lari, juga suara isakan tangis. Aku menggeliat di tempat tidurku, merenggangkan otot-ototku yang kaku sehabis tidur. Juni, gadis yang tadi membuatku terbangun dengan suara yang dibuatnya, langsung melemparkan tubuhnya tepat disampingku. Phew. Untung dia tidak menjatuhkan dirinya di atas tubuhku. Terdengarlah suara tangis khas Juni, terisak-isak dengan tubuh yang gemetar, ingus mengalir dari hidungnya yang sepertinya tidak ia pedulikan. Hhh, nanti akan kucari dimana saputangannya. Iya, nanti, setelah dia selesai menangis. Lima menit berlalu, dan tangisan Juni bukannya mereda malah semakin mengeras. Biasanya Juni menangis paling lama hanya sekitar tiga menitan, tapi ini sudah melebihi dari dosis biasanya, akupun jadi khawatir. Sebenarnya Juni kenapa sampai-sampai menangis tak henti-henti? Penasaran, aku coba mengelus tangannya dengan tanganku. Setelah beberapa elusan, ia memiringkan kepalanya menghadap ke arahku. Aku hanya sekedar menatapnya dengan mataku yang dipenuhi oleh kekhawatiran, sambil memberikan tatapan yang berkata ‘kau kenapa?’. Juni pun paham apa maksudku. Hey, kami sudah hidup bersama selama bertahun-tahun, berkomunikasi tanpa kata-kata pun kami sudah sering melakukannya. Lagipula, pepatah berkata ‘Matamu jendela hatimu’ kan? Sambil mengusap air matanya dan berusaha meredakan isakannya, Juni menjawabku dengan suara gemetar, “Ra-ravi…dia…perem-puan…” belum selesai berkata, Juni sudah mulai terisak lagi. Aku menaruh tanganku di kepalanya dan mengelus-elusnya, berharap itu menenangkannya. Ia pun mencoba berkata lagi. “Aku..melihat Ravi sedang..ber..c-ciuman dengan perempuan lain di baaar,” Tangisannya mulai terdengar lagi, tapi Juni mencoba meredakannya. Sepertinya ada lagi yang ingin dia katakan. “lalu aku menghampirinya dan..aku bilang kita sudah berakhir…” dan ia pun melepaskan air mata yang ditahannya tadi. “Hatiku sakit Ken..seperti ditusuk berjuta jarum.. sakit…” gumam Juni, suaranya masih gemetaran. Juni membalikkan badannya, memeluk bantal guling dan meneruskan isakannya. Aku mendesah. Oh, Juni, betapa kasihannya dirimu, menyaksikan (mantan) pacarmu berselingkuh dengan wanita lain. Tapi, kalau dipikir-pikir, kejadian yang dialami Juni menguntungkan juga bagi dirinya. Dan keputusannya memang benar-benar tepat, langsung berakhir di tempat, tidak terus-terusan seperti di sinetron-sinetron televisi, nantinya malah memperpanjang episode dengan alur yang tidak jelas. Jelas aku tidak mau hal yang ada di sinetron-sinetron itu terjadi pada Juni. Sejak awal aku memang sudah tahu kalau ada yang tidak beres dengan Ravi, ternyata yang tidak beres itu sifat playboy nya. Hmm, untuk selanjutnya aku akan lebih percaya instingku. Tapi Juni juga terlalu naïf, padahal sudah banyak teman-temannya yang memberitahunya kalau mereka pernah melihat Ravi sedang jalan dengan perempuan lain, tapi Juni terus saja tidak mengelak, berkata ia baru akan percaya kalau dia melihat dengan matanya sendiri. Yasudahlah, semoga saja Juni bisa move on dengan cepat. Aku turun dari tempat tidur, ingin mengambil sapu tangan Juni yang berada di dalam tasnya. Setelah menemukannya, aku kembali ke tempat tidur dan duduk di samping Juni, yang ternyata sudah tertidur dengan bekas aliran air matanya yang masih jelas. Aku pun mengelap wajahnya dengan sapu tangannya, pelan-pelan, agar aku tidak membangunkan Juni, sampai wajahnya bersih. Kurasakan mataku mulai berat. Aah, tadi Juni mengganggu tidurku, aku akan kembali tidur. Aku berjalan ke sisi tempat tidur satunya, membaringkan tubuhku dan tidak lama, aku sudah terlelap.
-----
Beberapa hari berlalu, keadaan Juni membaik. Sepertinya doaku terkabul, Juni sudah tidak lagi menangis tengah malam sambil menggumamkan nama Ravi. Ini pasti karena kata-kataku yang membuatnya membaik kan? Atau..ada penyebab lain?
-----
Hari ini Juni mengajakku ke kliniknya. Oiya, kalian belum tahu kan pekerjaan Juni apa? Well.. Juni bekerja sebagai dokter hewan. Kata Juni, aku disini hanya untuk menemani hewan-hewan yang sedang dikarantina. Hhh, kadang-kadang Juni memang bossy terhadapku. Tapi apa boleh buat, aku terlalu menyayanginya. Menurutku, membuat orang yang kita sayangi senang itu sudah membuatku senang sendiri. Jadilah aku menemani hewan-hewan malang yang sedang dikarantina. Aku mencoba untuk mengajak mereka ngobrol, bermain, bercanda. Tapi sepertinya mereka terlalu ‘muram’ untuk merespon semua usahaku untuk meramaikan suasana. Well, yang penting aku sudah mencoba. Bosan dengan hewan-hewan muram karantina, aku berjalan kembali menghampiri Juni untuk minta dibuatkan makanan. Tapi disana, aku lihat Juni sedang mengobrol dengan laki-laki pemilik kucing jenis Russian Blue dengan riang. Aku perhatikan kucingnya. Dia tidak kelihatan sakit, kenapa dibawa ke klinik hewan? Hm, mungkin hanya untuk meminta vitamin atau sekedar berkonsultasi. Lalu aku perhatikan laki-laki itu. Dia mempunyai wajah yang cukup tampan, kuakui. Badannya fit dan bersih. Posturnya pun tegap. Oke, kalaupun Juni dan laki-laki ini nanti pacaran, dia sudah melewati standar fisik versiku. Hahaha. Sepertinya Juni menyadari kehadiranku, ia pun berjalan menghampiriku dan menggendong tubuhku. “Oh, Dennis, perkenalkan, ini kucing Persiaku, Ken. Ken, katakan hai untuk Dennis!” kata Juni dengan suara cerianya. “Meow!” kataku, seolah berkata ‘hai’ untuk Dennis. “Wah, Juni, kucingmu tampan sekali.” puji Dennis dengan wajah tersenyum. Wow, baru kali ini ada yang bilang aku tampan. Aku sangat tersanjung. Bahkan Juni, pemilikku sendiri, hanya memujiku dengan kata-kata lucu, menggemaskan, dan kata-kata yang sejenisnya dengan yang tadi aku sebutkan. “Ken, ini Mina, kucing kesayanganku yang cantik.” kata Dennis memperkenalkan kucingnya kepadaku. Instingku mengatakan bahwa Dennis ini laki-laki yang baik. Mungkin dialah yang terbaik untuk Juniku. Aku harap begitu, karena insting hewan tidak boleh diremehkan. Dan tentang apa yang dikatakan Dennis barusan memang benar. Mina, kucing kesayangan Dennis, benar-benar cantik. ----------END Words count : 845 Started : 2013/07/12 Finished : 2013/07/12 Labels: cerpen about
Hi, I see that you've been stranded here. Well, welcome to my blog, the name's Alya by the way. Feel free to either wander around this blog or read my entries or press the 'x' button of this blog's tab or if you want to know me or whatnot, then just check my contacts. It's not that hard, isn't it?message me
twitter instagram credit
Layout by milkstreaks.Icons from thefadingnight and resource; x-32. Music from 美しき残酷な世界 -Piano ver. archives
|