Near
Tuesday, March 25, 2014 / (0)
"Seorang anak laki-laki berusia 16 tahun, kecil, berambut putih, bermata abu-abu gelap, berkulit pucat. Kandidat nomer 1, genius."

Near tidak merasakan emosi. Senang. Marah. Sedih. Ia tidak merasakannya. Near hanya mengerti pengertian emosi-emosi tersebut. Baginya, emosi itu sebuah kelemahan. Dan dia tidak bisa memiliki kelemahan itu, kalau suatu saat dia nanti akan menggantikan L, menjadi detektif paling hebat di dunia. Jika dia merasakan emosi, habislah sudah nyawanya. (Seperti Mello—yang kalah karena tidak bisa mengendalikan emosinya yang selalu meledak-ledak.)

Jadi dia membuat ekspresi wajahnya selalu datar. Karena itu memberinya banyak keuntungan. Orang-orang tidak bisa melihat apa yang sedang dirasakannya, tidak bisa menebak apa yang ada dipikirannya.

Near menganggap kehidupannya adalah sebuah papan puzzle raksasa yang kosong. Dan orang-orang yang pernah ditemuinya adalah potongan-potongan di puzzle raksasanya itu. Jadilah ia sangat sering terlihat sedang menyelesaikan puzzle dengan beribu-ribu potongan untuk disusun. Atau sedang membangun gedung pencakar langit dari dadu atau kartu remi atau domino atau lego atau bahkan korek api.

Sedikit yang menyadari bahwa ketika dia sedang berpikir, tangannya tanpa sadar mengelinting sejumput rambut putihnya (dia albino—albino yang tidak normal, karena dia punya sepasang mata abu-abu gelap, bukannya biru atau ungu seperti albino normal lainnya—albino genius) dan menggigit bagian dalam pipinya. Bermain dengan mainan juga membantunya berpikir lebih cepat. Dia bahkan punya boneka jari yang tampak seperti dirinya dan semua orang yang pernah ditemuinya.

Near memikirkan semuanya dengan sangat detil, dari awal hingga akhir, atas sampai bawah, kelebihan dan kekurangan, risiko dan peluang. Semuanya ia pikirkan lalu pastikan bahwa rencananya sempurna dan analisanya 100% akurat. (Karena itulah sebagian besar waktunya ia habiskan dengan duduk dilantai berpikir, berpikir, berpikir, dan beraksi kemudian—tidak cekatan (tidak seperti Mello, tapi Mello kadang-kadang terlalu gegabah)—lalu fatal)

Walaupun pemikiran, rencana, analisa, tebakan, perkataan, dan kesimpulannya sempurna, Near hanya manusia (genius) biasa—ia punya darah, punya paru-paru, punya jantung, harus makan, minum dan istirahat—ia bisa mati.

-------------------------------------------------
Words count : 295
Started : 2014/03/19
Ended : 2014/03/20

Labels: , ,


Copyright © 2014, ALYSH. All right reserved.